Jumat, 27 Maret 2009

Obat Generik Dipastikan Naik Th 2009

BANDUNG -- Ongkos kesehatan akan makin mencekik rakyat miskin negeri ini. Harga obat generik pada 2009 dipastikan naik. `'Harga obatnya memang pasti naik karena pengaruh dolar,'' ungkap Menteri Kesehatan, Siti Fadillah Supari, pada acara Dewan Kesehatan Rakyat, di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (20/12).

Namun, agar masyarakat tidak merasakan kenaikan harga obat nonpaten yang dirancang supaya harganya terjangkau rakyat miskin itu, Departemen Kesehatan masih mengkaji rencana pemberian subsidi kepada perusahaan BUMN farmasi yang memproduksinya. ''Pembahasan akan dilakukan cepat karena 2009 sudah dekat,'' kata Menkes.

Sebelumnya diberitakan bahwa kenaikan harga bahan baku, melemahnya rupiah, dan naiknya suku bunga perbankan membuat perusahaan BUMN farmasi terancam kolaps. Untuk mencegah itu, BUMN farmasi akan menaikkan harga obat generik. Menkes menjelaskan, ada dua opsi yang mengemuka, yakni memberikan subsidi atau harga obat generik naik. Opsi subsidi merupakan salah satu jalan untuk meningkatkan biaya produksi, terlebih harga obat generik ditetapkan berdasarkan standar Depkes RI.

Kenaikan harga obat generik terakhir terjadi pada 2003 berdasarkan SK Menteri Kesehatan No 1112/Menkes/SK/VII/2003. Kenaikan itu disebabkan kenaikan beberapa komponen biaya struktur produksi, antara lain, harga bahan baku, kemasan, dan overhead atau biaya operasional.

Kebutuhan subsidi
Dari perhitungan BUMN farmasi, kebutuhan subsidi mencapai Rp 300 miliar. Angka itu dihitung dari kebutuhan bahan baku obat yang masih impor sebesar 10 juta dolar AS dikalikan selisih dolar Rp 3.000 per dolar AS (dulu Rp 9.000 kini Rp 12 ribu). Subsidi seperti ini pernah dilakukan pada 1998 sebesar Rp 5.000 saat kurs dolar AS Rp 15 ribu.

Direktur Utama Kimia Farma, Syamsul Arifin, menjelaskan, pada tahun ini kerugian BUMN farmasi hanya diperoleh dari selisih kurs dolar. ''Karena bahan baku obat generik masih impor, pembelian menggunakan dolar. Saat melakukan pemesanan, harga dolar masih Rp 9.000, sedangkan saat jatuh tempo pembayaran utang, harga dolar capai Rp 12 ribu, tuturnya.

Kerugian Kimia Farma akibat selisih dolar ini mencapai Rp 3 miliar, dan Indo Farma Rp 17 miliar. Kondisi ini lebih baik, karena kebutuhan bahan baku triwulan akhir 2008 yang kebanyakan dibeli dari Cina dan India ini sudah terpenuhi. Kini, persoalannya ada pada bahan baku 2009 yang kemungkinan besar akan naik seiring krisis ekonomi global.

`'Kita tidak punya dana cash untuk beli, bukannya tidak mau memproduksi obat,'' cetus Syamsul. Bagaimanapun, produksi obat tidak mungkin dikurangi. Selain karena akan mengalami kerugian dari sisi pabrik, masyarakat pun membutuhkan obat generik yang manfaatnya sama, namun harganya sangat miring. Obat generik adalah obat yang khasiatnya sama persis seperti obat paten dengan komposisi yang serupa. Yang membedakan harganya antara langit dan bumi adalah cerita di balik pembuatan dan pemasarannya. ren.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar